Pengelolaan Geopark Dari Webinar Nasional Geopark Science and Technology Management 2025

PT. Geopark Point Indonesia bekerjasama dengan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) mengadakan Webinar Nasional Geopark Science and Technology Management yang diselenggarakan hari Sabtu 22 Februari 2025. Kegiatan yang dikuti sekitar 80 peserta dari berbagai daerah ini menampilkan 2 (dua) narasumnber yaitu Prof. Mega Fatima Rosana dari Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran Bandung dan Dr. Asep Kurnia Permana dari Masyarakat Geologi Indonesia (MAGI). Pada kesempatan ini Prof. Mega menyampaikan materi dengan judul “Pengelolaan Geopark Berkelanjutan” dan Dr. Asep dengan materi ” Strategi dan Inovasi dalam Pengembangan Geowisata di Kawasan Geopark”.

Tampil sebagai pembicara pertama, Prof. Mega menyampaikan pemahaman terkait Geopark dari aspek regulasi. Geopark atau taman bumi merupakan sebuah wilayah geografi tunggal atau gabungan  yang memiliki situs warisan geologi (geosite), dan bentang alam yang bernilai terkait aspek warsian geologi (geoheritage), keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman budaya (culturaldiversity), serta dikelola untuk tujuan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan dengan keterlibatan aktif dari masyarakat dan pemerintah daerah sehingga dapat dipergunakan untuk menumbuhkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap bumi dan lingkungan sekitarnya (Perpres Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark).

Kondisi pengembangan Geopark di Indonesia yang sampai tahun 2024 terdiri dari 8 Geopark Nasional dan 3 Geopark baru yang sementara dalam proses pengusulan yaitu Geopark Bayah Dome, Jogya dan Dieng. Kemudian terdapat 10 Geopark yang berstatus Geopark Unesco.

 
Sumber: MAGI,2025

Pengelolaan Geopark yang berkelanjutan meliputi aspek – aspek seperti Pelestarian Lingkungan, Pelestarian Warisan Budaya, Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat, Pendidikan dan Kesadaran, Pariwisata Berkelanjutan, Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, Kemitraan Global dan Lokal, Restorasi Ekologis dan Pengelolaan Habitat, Penggunaan Sumber Daya Berkelanjutan, Pemantauan dan Penilaian Lingkungan dan Meningkatkan Pengalaman Pengunjung.

Pada kesempatan ini juga disampaikan persyaratan untuk membangun Geopark disertai dengan alur proses pengajuan untuk penetapan Geopark secara nasional. Terdapat 4 (empat) persyaratan utama untuk membangun Geopark yaitu aspek geoheritage, management, visibility dan networking – partnership.

Sebagai pembicara kedua Dr. Asep menyampaikan materi terkait pengelolaan Geopark berkelanjutan. Dari penjelasannya banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan di Geopark. Berbagai aktivitas wisata antara lain bersepeda (cycling tour dan down hill), wisata melalui kapal laut, hiking dan geotrack, wisata off road, surfing, parahlayang, arung jeram dan water tubbing, diving dan snorkling. Kemudian dapat dilakukan penelitian dengan berbagai topik yang dapat diangkat seperti  penelitian tentang sumber daya alam, bencana geologi, perubahan iklim, pendidikan dan ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, pembangunan berkelanjutan, kearifan masyarakat lokal dan geokonservasi.

Kawasan Geopark juga dapat dikembangkan berbagai peluang ekonomi seperti :

  • Geoproduk dalam bentuk produk lokal khas geopark seperti makanan, souvenir patung dan kerajinan tangan lainnya. Geoproduk juga sebagai media edukasi dan promosi ilmu geologi, serta mengajak wisatawan untuk perduli akan perlindungan dan pelestarian bumi. Untuk itu pengembangan geoproduk harus memperhatikan hal sebagai seperti berhubungan (terinspirasi) dari kondisi geologi lokal, keanekaragaman hayati dan keragaman budaya, Sumber daya alam di sekitar kawasan geopark. Kemudian merespon kebutuhan pasar (wisatawan/pengunjung),  dikembangkan melalui praktik baik dan ramah lingkungan serta  pelibatan masyarakat lokal (geopark partner). Pada kesempatan ini ditampilkan contoh Geoproduk yang berhasil  dari UNESCO Global Jeju Island Geopark di Korea  dalam bentuk produk kosmetik, hasil pertanian, kuliner dan souvenir kerajinan masyarakat lokal setempat
  • Pengembangan ekonomi lanjutan melalui jasa layanan wisata seperti pemandu geowisata, agen perjalanan, restoran, akomodasi 
  • Kegiatan rekreasi : atraksi wisata, kesenian, budaya, kompetisi, 
  • Kegiatan konservasi: edukasi kepada pelajar, grup  dan komunitas yang berkunjung

Strategi pengembangan geowisata tidak terlepas dari filosofi pengembangan geowisata di kawasan geopark yaitu terintegrasi, konservasi, mitigasi bencana dan pemberdayaan. Strategi dapat dilakukan dengan langkah – langkah antara lain:

  1. Menyusun road map kerangka regional pengembangan geowisata dari daftar potensi atau situs warisan geologi (geosite) yang sudah ditetapkan Badan Geologi Kementerian ESDM.
  2. Kemampuan geointerpretasi dan komunikasi para pemandu geowisata sehingga perlu pemandu geowisata yang berkompeten.
  3. Perencanaan kawasan geowisata dan meningkatkan media interpretasi (panil, peta, leflet, buku) dan menyusun geotrail di kawasan geopark.
  4. Mengembagkan teknologi digital dalam pengembangan geowisata 
  5. Mengidentifikasi potensi pengembangan geowisata di kawasan pasca tambang yang terhubung dengan peninggalan budaya.
Pengelolaan  geowisata di kawasan Geopark dapat dilakukan sesuai dengan tema utama dan tujuan Geopark, pemanfaatan komponen geosite, biosite dan cultural site yang ada. Salah satu upaya pengelolaan tersebut adalah menyiapkan geotrail sebagai jalur wisata yang lengkap untuk  mempermudah pengunjung  mendapatkan pengalaman geowisata di dalam Kawasan Geopark dan adanya keterlibatan masyarakat setempat. Geotrail  disusun dengan memperhatikan nilai, makna dan fungsi warisan bumi, tema geopark dan kebencanaan di Kawasan Geopark. Perencanaan rute geotrail meliputi profil singkat situs geopark,  tema geotrail,  rencana aktivitas perjalanan dan  peta rute yang memperhatikan kenyamanan, keselamatan, kepuasan, peningkatan pengalaman.
 

 

Geoproduk dari UNESCO Global Jeju Island Geopark di Korea. Sumber: MAGI,2025

Penutup

Geopark merupakan salah satu contoh destinasi wisata tematik yang menerapkan prinsip pariwisata berkelanjutan. Hal ini  karena geopark melindungi keanekaragaman hayati, alam, dan budaya setempat sekaligus dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Peluang pengembangan ekonomi masyarakat di kawasan geopark dapat dilakukan melalui penyiapan produk unggulan/geoproduk, jasa layanan wisata dan atraksi budaya ditampilkan. Pada kesempatan ini diinformasikan oleh Prof. Mega proses pengusulan Geopark Kelimutu Ende sebagai geopark nasional. Untuk Geopark Kelimutu Ende sudah ditetapkan Warisan Geologi dan perlu dilanjutkan dengan dokumen kelengkapan  administrasi lainnya untuk proses selanjutnya.

Kupang, 11 Maret  2025
Paul J. Andjelicus,MT 
Perencana Madya Spasial Dinas Parekraf NTT

 

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *