Arsitektur Lintas Budaya Dalam Seminar Nasional Vista 6

Paul J. Andjelicus
ASN Dinas Parekraf Provinsi NTT
Anggota IAI Provinsi NTT

Fakultas Teknik Program Studi (Prodi) Arsitektur Unika Widya Mandira (UNWIRA) Kupang  kembali melaksanakan Seminar Nasional VISTA yang ke – 6 dengan tema  Arsitektur Lintas Budaya pada Rabu, 14 Mei 2025 bertempat di Auditorium St. Paulus Rektorat UNWIRA Penfui Kupang.  Program VISTA (Vernacular Innovation Sustainable Transformation Architecture) merupakan program unggulan Prodi Arsitektur UNWIRA yang  berlangsung sejak  tahun 2019 dan akan berakhir tahun 2028 dengan berbagai topik yang berbeda setiap tahun sesuai road map yang disusun. Kegiatan  seminar masih menjadi kegiatan  utama dan didukung kegiatan penunjang lainnya. Seminar menjadi ruang penting bagi pertukaran gagasan, pemikiran dan refleksi lintas generasi, lintas latar belakang, lintas budaya dalam konteks keilmuan dan arsitektur. Untuk tahun 2015 ini, selain seminar juga  digelar pameran karya arsitektur di Lippo Plaza Kupang yang menampilkan karya mahasiswa, dosen dan arsitek profesional dari berbagai wilayah termasuk arsitek NTT. Pameran ini terbuka untuk umum sejak 12 – 18 Mei 2025.

Kegiatan Seminar Nasional VISTA tahun ini melibatkan 26 presenter, 5 pemakalah, 4 keynote speaker dan diikuti oleh 260 peserta dari berbagai latar belakang, mulai akademisi, praktisi, peneliti dan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Beberapa peserta yang langsung hadir di antaranya Universitas Sam Ratulangi Manado, Universitas Kristen Petra Surabaya dan Universitas Atma Jaya Jogjakarta dan  Universitas Katolik Parahyangan Bandung, disamping dari  Universitas Nusa Cendana dan Universitas Citra Bangsa Kupang. Kegiatan dilakukan secara langsung (offline) dan juga daring melalui aplikasi zoom meeting.

Rektor UNWIRA Kupang, Pater Dr. Philipus Tule, SVD, dalam sambutan sebelum membuka kegiatan ini,   memberikan apresiasi atas keberhasilan Prodi Arsitektur menyelenggarakan seminar nasional dengan tema yang relevan dan kontekstual. Tema ini mengandung unsur kreasi dan inovasi dan  menilai, kajian dan diskursus tentang arsitektur lintas budaya senantiasa menyiratkan aspek inovasi bangunan yang sangat penting dan urgen bagi Provinsi  NTT yang memiliki potensi bencana tinggi. Pada kesempatan ini, Rektor berpesan agar kegiatan VISTA tahun 2026 dapat mengambil topik atau mengangkat upaya dan kontribusi arsitektur dalam menangani dan menyentuh persoalan penting di NTT khususnya penanganan kemiskinan dan stunting. 

Pada seminar kali ini terdapat  4 (empat) pembicara utama yaitu Prof. Dr. Bambang Sugiharto (Guru Besar Ilmu Filsafat UNPAR Bandung) dengan materi Identitas Budaya dan Glokalisasi; Ir. Philipius Jeraman,MT (Kepala Laboratorium Studi Riset Arsitektur Vernakular UNWIRA Kupang) dengan materi Arsitektur Lintas Budaya (sebuah Tinjauan Praktik Desain Arsitektur Vernakular Lintas Budaya); Prof. Purnama Salura (Guru Besar Arsitektur UNPAR Bandung) dengan materi  Arsitektur Bumian dan Langitan dan  Andra Matin (arsitek dan founder  Biro Arsitek Andra Matin Studio) dengan materi Teknologi dan Material Ramah Budaya. Gagasan yang dapat diambil dari seminar ini adalah  karya arsitektur dapat menggabungkan, lahir atau  dihasilkan lewat perpaduan dengan budaya atau  secara lintas budaya.  Untuk itu perlu dilakukan  studi yang mendalam dari budaya yang akan diangkat dalam sebuah karya arsitektur. 

Seperti pesan video promosi VISTA 6 ini, Arsitektur Lintas Budaya menjadi sebuah perjalanan, sebuah jembatan dan sebuah harapan untuk menghasilkan karya arsitektur yang berkualitas.  Arsitektur bukan sekedar bentuk, tapi merupakan  jejak, jejak lintas budaya dan jejak lintas zaman. Antara bangunan tradisional sampai modern, antara tradisi dan modernitas, antara Timur dan Barat, setiap ruang yang terbentuk menyimpan pertemuan. Arsitektur Lintas Budaya bukan tentang gaya, namun tentang sebuah dialog,  sebuah identitas yang terus menerus mencari bentuknya. Tentang adaptasi yang tidak menyerah terhadap ancaman  kehilangan dan kemusnahan serta pada keberlanjutan yang merawat nilai-nilai lama dalam cara yang baru. Yang lokal tidak punah, tapi berevolusi sementara yang global tidak menghapus, namun belajar untuk menyatu. 

Para arsitek diharapkan  merancang tanpa melupakan akar  dan bukan sekedar nostalgia semata tetapi sebuah penghargaan. Keragaman budaya bukan sebagai perbedaan tetapi sebagai kekayaan yang memperkaya ruang dan bentuk. Menghadirkan karya arsitektur yang tidak  hanya memukai mata saja tetapi juga menyentuh rasa, yang tidak hanya menjawab kebutuhan  saja tetapi juga menjaga makna.

 

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *